Berbicara tentang remaja berarti kita sedang berbicara tentang generasi yang akan menjadi pemimpin masa depan. Namun alih – alih menjadi insan yang santun dan baik sehingga menjadi kebanggaan orang tua sekaligus menjadi generasi penerus bangsa, justru sebagian mereka menyumbang permasalahan di tengah masyarakat. Tawuran antar pelajar, pergaulan bebas siswa siswi, merokok, kenakalan remaja, bolos sekolah, telah menjadi realita dan buah bibir dalam ranah pendidikan di negeri ini, bahkan dimungkinkan pelaku kenakalan remaja di atas juga melibatkan siswa yang berotak cemerlang.
Namun ini bukan berarti mengingkari sisi kebaikan out put yang telah dihasilkan oleh sekolah – sekolah umum akan tetapi merupakan bentuk keprihatinan mengapa fenomena yang tidak menggembirakan itu bisa terjadi sehingga layak diajukan pertanyaan hendak dibawa kemana calon – calon generasi penerus bangsa ini ? Dengan demikian aspek moralitas masih jauh panggang dari api, belum ada keseimbangan dalam pembentukan insan cerdas dan sekaligus menjadi pribadi yang bermoral tinggi dan berbudi luhur karena, apabila hal ini dikesampingkan maka bisa berakibat sangat buruk bagi dunia pendidikan.
Dalam aspek pendidikan Islam selain menaruh perhatian dalam kecerdasan akal, pembinaan jiwa dan moralitas juga berjalan seiring dan seimbang. Akan tetapi, sebagian masyarakat masih apriori dengan lembaga – lembaga pendidikan Islam. Jiwa sangat membutuhkan pendidikan dan pembinaan. Allah telah mengutus para rasul untuk memperbaiki keadaan dalam seluruh aspek kehidupan. Tatkala ajaran – ajaran yang bersumber dari wahyu tidak menjadi pilihan, maka tidak mustahil akan timbul kerusakan. Meski seseorang telah mengenyam pendidikan sekian lama, namun fakta berbicara bahwa sebagian manusia yang telah berhasil merengkuh berbagai gelar tidak mencerminkan insan yang berhati manusia.
Jadi sudah saatnya, pembelajaran agama Islam yang bertujuan pembentukan akhlaq nan luhur dan berbudi pekerti nan tinggi menjadi perhatian bagi kita seluruh kaum muslimin.
MENYEKOLAHKAN ANAK KE PONDOK PESANTREN
Jika anda ingin menyekolahkan anak di pondok ada baiknya anda memperhatikan tips – tips berikut ini, agar niat baik anda bisa terwujudkan berkat kemudahan dari Allah.
Tega Tantangan pertama yang harus dihadapi orang tua yang berniat menyekolahkan anaknya ke pondok adalah tidak tega meninggalkan anak jauh dari orang tua, terlebih lagi apabila orang tua juga tidak berlatar belakang pendidikan pesantren, sehingga terkadang tidak mengerti bagaimana gambaran kehidupan di pesantren. Oleh karena itu kedua orang tua harus menguatkan hati mereka agar tega berpisah jauh dari anaknya, demikian juga anggota keluarga yang lain seperti kakek dan neneknya. Sehingga tidak ada anggota keluarga yang akan menyurutkan semangat anak untuk tetap belajar di pondok pesantren.
Ikhtiar : Cari dan kumpulkan informasi tentang pondok pesantren yang mengajarkan Islam dengan pemahaman yang benar, Siapkan anak agar terbiasa mandiri sehingga siap belajar di pesantren, kumpulkan dana karena pendidikan itu butuh biaya, banyaklah berdo’a agar mendapatkan kemudahan dan pertolongan dari Allah.
Tawakal : Jangan risau, titipkan anak anda kepada Allah, Dzat yang tidak akan menyia-yiakan barang titipan-Nya. Para pelaksana di pondok pun Insya Allah tidak ada yang berniat menyusahkan, menyakiti atau menyengsarakan para santri.
Ikhlas : Orang tua dan anak harus mengikhlaskan niat belajarnya karena Allah saja, karena hal ini akan membantu anak melewati kesulitan, permasalahan dan kesederhanaan selama menempuh masa belajarnya di pondok.
Percaya : Orang tua harus mempunyai kepercayaan penuh terhadap pondok, baik berkaitan dengan program pendidikan, peraturan dan tata laksana kegiatan keseharian santri. Apa bila ada permasalahan, usulan ataupun kritikan bisa disampaikan dengan baik, secara langsung kepada pihak yang terkait dengan didasari rasa saling percaya.
TIPS KETIKA ANAK DI PONDOK PESANTREN Bag 1
Tips Ketika Masa Belajar
Tetap berkomunikasi : Usahakan untuk tetap rutin berkomunikasi dengan anak, bisa sebulan sekali atau 2 pekan sekali, agar tetap terjadi hubungan batin antara kita dan anak. Disarankan tidak hanya berkomunikasi langsung lewat telp atau Hp, tapi juga tetap membudayakan surat menyurat karena pesan atau nasehat dengan surat mempunyai kesan yang lebih mendalam dan mudah untuk dibaca kembali apabila anak perlu semangat dan motivasi bahkan disaat sedang rindu rumahpun terkadang surat yang pernah dikirimkan orang tua bisa menjadi pengobat rindu.
Beri Motivasi : Menuntut ilmu banyak tantangannya, terlebih harus jauh dari orang tua. Karenanya orang tua harus pintar – pintar memberikan semangat dan motivasi kepada anak. Hargailah setiap perkembangan keilmuan dan amalnya walaupun sedikit, karena hal ini akan menyemangatinya untuk mendapat yang lebih banyak lagi.
Berikan usulan solusi dari permasalahan yang dihadapi anak : Harus berhubungan dengan banyak orang tentu berpotensi memunculkan masalah belum lagi masalah yang memang muncul dari diri sendiri, karenanya orang tua harus bisa membantu mencarikan solusi dari masalah yang dihadapi anaknya tapi jangan terlalu campur tangan, agar anak mempunyai kepercayaan diri menyelesaikan masalahnya.
Komunikasikan dengan pihak – pihak terkait di pondok : Selain tetap berhubungan dengan anak, penting sekali bagi orang tua untuk berkomunikasi dengan ustadz atau pembimbingnya di pondok, agar selain mendapatkan informasi dari anak kita juga bisa mendapatkannya dari para asatidzah dan pihak terkait di pondok terutama yang
langsung berhadapan dengan para santri seperti bagian dengan kesantrian dan kepengasuhan, apakah itu berkaitan dengan masalah yang dihadapi ataupun tentang perkembangan anak kita.
TIPS KETIKA ANAK DI PONDOK PESANTREN Bag 2
Ketika Liburan Tiba
Hargai keberadaan anak di rumah : Ketika anak sedang liburan kita sambut keberadaannya dengan penuh suka cita, kita sampaikan bahwa kegembiraan kita itu disebabkan karena mau menuntut ilmu agama.
Ajak bersilaturrahmi : Ajak anak anda untuk bersilaturrahmi dengan saudara–saudaranya, karena selama dipondok mereka jarang bertemu dengan sanak saudara mereka.
Murojaah bersama : Hal ini penting dilakukan agar semangat belajar mereka tetap terjaga, silakan kita belajar bersama dengan mereka baik murojaah hafalan kita atau mengulangi membaca catatan kita tentang kajian yang telah kita hadiri, hal ini akan menyadarkan mereka bahwasanya orang tuanya juga belajar sebagaimana mereka juga belajar.
Carikan aktifitas : Untuk mengisi waktu luang selama liburan pondok bekali mereka pendidikan keterampilan yang belum mereka dapat di pondok, ajak untuk menghadiri tempat tempat kajian sunnah yang ada, atau minta mereka untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain, baik khutbah, kultum, TPA, ataupun sekedar mengajari adik mereka membaca al Qur’an
Memantau kegiatan anak selama liburan : Ketika liburan santri cenderung suka melakukan hal – hal yang tidak bisa mereka lakukan ketika mereka di pondok, mereka ingin mencoba hal yang baru, atau merasa bebas dari kekangan peraturan pondok sehingga terkadang ketika liburan mereka melakukan hal yang tidak hanya melanggar peraturan pondok bahkan melanggar aturan syariat, oleh karena itu orang tua harus memantau kegiatan mereka selama liburan.
Berikan apresiasi dari ilmu yang telah di dapat anak : Ajak mereka berdialog sampaikan perasaan gembira kita selaku orang tua yang memiliki anak yang mau belajar menuntut ilmu agama, dengarkan. apa yang mereka rasakan, bagaimana pengalaman mereka selama dipondok, hargai apa yang telah mereka dapatkan selama di pondok
TIPS KETIKA ANAK DI PONDOK PESANTREN Bag 3
Agar study berlanjut
Menuntut ilmu banyak godaannya, ujiannya berat dan penuh dengan rintangan, apalagi harus terpisah jauh dari orang tua. Anak-anak di usia yang masih labil, mudah berubah pendirian terkadang hari ini mereka kerasan belajar di pondok besok hari sudah ingin keluar dan meninggalkan pondok. Kita selaku orang tua harus bijak menyikapi hal ini,
berikut tips yang semoga bisa bermanfaat bagi orang tua yang anaknya sudah atau akan belajar di pesantren.
Do’akan mereka : Sesungguhnya Allah jualah yang membolak balikkan hati manusia. Mohon kepada Allah agar anak kita istiqomah dalam menuntut ilmu, diberi bimbingan dan kemudahan didalamnya
Ajak dialog : Ajak anak anda berdialog sampaikan argumentasi kenapa dia harus belajar di pondok, yakinkan kalau jauhnya dia dari orang tua bukan karena dibenci atau dibuang, dengarkan permasalahannya, carikan solusi dan upayakan sehingga dia bisa menerima dengan lapang dada.
Berikan kesempatan mereka untuk berkreatifitas atau menyalurkan bakatnya : Di pesantren begitu banyak kegiatan yang dibuat untuk menyalurkan bakat dan kreatifitas santri, namun terkadang hal ini tidak memuaskan anak anda, karenanya lihat dan perhatikan minat, bakat dan kecenderungan anak anda, tinggal anda arahkan dan yakinkan selama minat dan bakatnya itu tidak melanggar syar’i anda akan mendukungnya dan hal itu tidak bertentangan dengan belajarnya dia di pesantren. Dia tetap bisa menyalurkan bakat dan minatnya tanpa harus meninggalkan belajarnya di pesantren.
Mengarahkan untuk melanjutkan ke jalur yang sama
Terkadang anak bersikeras tidak mau melanjutkan belajarnya di pesantren, jangan dipaksakan apabila memang sudah tidak bisa dikompromikan, tapi upayakan agar anak anda tetap berada dijalur pendidikan yang mengajarkan agama yang benar, sehingga keluarnya anak anda dari pesantren tidak membawa musibah baginya dan bagi anda.
TIPS BAGAIMANA MENGELOLA KONFLIK
Hampir semua santri pernah merasakan konflik dengan temannya, konflik itu bentuknya bisa macam – macam, ada yang hanya beda pendapat, saling marahan hingga perkelahian yang melibatkan fisik. Jadi, hampir tidak ada santri yang terbebas dari konflik. Pengalaman konflik akan terus berulang meskipun kita tidak menyukainya. Dari pengalaman inilah kemudian para santri akan mempunyai bekal untuk menghadapi konfik dimasa yang akan datang.
Konflik menjadi tidak baik manakala mereka tidak bisa mengelola konflik tersebut, apalagi bila orang tua terlalu ikut campur dalam menyelesaikannya, akhirnya mereka tidak belajar apapun dari konflik yang terjadi. Mereka tidak terlatih untuk menghadapi konflik dan menyelesaikannya sendiri. Disini butuh peran serta asatidzah dan orang tua agar santri bisa mengelola konflik yang terjadi diantara mereka. Dengan kita membantu mengelola konflik maka kita mengajarkan kepada mereka bagaimana mengelola kehidupan
Hal yang Bisa Asatidzah dan Orang Tua Lakukan
- Ingatkan mereka bahwa Allah menjadikan hikmah atas sesuatu yang terjadi menimpa kita, termasuk diantaranya adalah konflik ini.
kita bantu mereka untuk menghilangkan sifat-sifat jelek yang ada dalam dirinya, yang akhirnya dirinya akan mampu menyesuaikan sifat-sifat yang ada sehingga bisa bergaul
- dengan temannya dan lebih mampu untuk mengelola dirinya.
- Ajak mereka untuk berlatih agar dapat mengendalikan amarah dan emosinya.
- Munculkan kesadaran bahwasanya untuk menyelesaikan masalah tidak harus selalu dengan kekerasan.
- Ingatkan mereka akan hal – hal yang telah mereka pelajari berkaitan tentang persaudaraan Islam, tentang hak dan kewajiban dan pentingnya menjaga persatuan dan kerukunan , serta jeleknya berpecah belah.
- Sampaikan tentang keutamaan sabar dan memberi maaf atas kesalahan orang lain.
KETIKA HARUS BERPISAH
Kata orang ada perjumpaan pasti ada perpisahan. Apapun sebab dan alasannya terkadang kita juga harus berpisah buah hati kita. Karena pekerjaan, karena perceraian, karena kematian atau karena tuntutan keadaan. Kalau kita diberi pilihan maka tentu kita akan memilih anak–anak kita untuk selalu berada di dekat kita, tapi ternyata ada keadaan-keadaan yang mau tidak mau menjadikan kita harus berpisah dengan mereka. Jadi bukan bagaimana caranya agar kita tidak berpisah dengan mereka tapi bagaimana sikap kita seandainya perpisahan itu harus terjadi.
Mungkin kita ingat para nabipun menghadapi kenyataan harus berpisah dengan orang tua mereka yaitu kisah nabi Ya’kub dan nabi Yusuf ketika mereka terpisah disebabkan makar yang dilakukan saudara-saudaranya. Yang kedua kisah nabi Musa yang harus berpisah dengan ibunya karena dihanyutkan untuk menghindari makar bala tentara firaun yang akan membunuh setiap anak kecil yang lahir pada masa itu. Yang ketiga kisah nabi Isma’il yang ditinggalkan nabi Ibrahim di lembah yang tidak berpenghuni karena menjalankan perintah Rabbnya. Kisah Nabi kita Muhammad yang menjadi yatim piatu sedari kecil.
Motif atau sebab perpisahan dari kisah diatas berbeda beda tapi ada satu hal yang sama yang ditunjukkan dalam kisah-kisah tersebut, agar kita bisa mengambil pelajaran bagaimana sikap terbaik orang tua ketika harus berpisah jauh dengan anaknya.
Orang tua harus punya Niat yang baik , Sabar, Memohon pertolongan kepada Allah, Bertawakal kepada Allah, Senantiasa mendo’akan mereka, Berusaha melakukan upaya untuk kebaikan anak, Orang-orang yang dititipi amanah juga harus berusaha menjaga amanah dengan sebaik-baiknya.
Insya Alloh, dengan anak kita belajar di pesantren membawa kebaikan bagi kita semua. Kita jadi selalu mendo’akan mereka. Mereka mendo’akan kita. Harta kita dibelanjakan di jalan yang baik. Asatidzah di pesantren juga mendapatkan amal sholeh, Terlebih dari itu, ini semua adalah amal kebaikan bersama dan menjadi tanggung jawab kita semua untuk melaksanakannya dengan sebaik – baiknya.
BERAKIT-RAKIT KE HULU,
BERENANG-RENANG KE TEPIAN
Bagi para orang tua yang baru pertama kali berpisah jauh dengan anaknya adalah sesuatu yang amat memilukan dan mengharukan melepaskan anak belajar di pesantren. Wajarlah, siapa yang tidak sedih berpisah dengan anaknya tersayang. Siapakah yang tidak menangis berjauhan dengan anak yang selama ini berada di depan matanya ?. Tetapi orang tua yang mengerti makna perjuangan, makna pengorbanan, dan makna masa depan anak, akan menyadari bahwa cinta memerlukan pengorbanan. Anak yang akan berjaya adalah anak yang terbiasa berdikari, berdiri di atas kaki sendiri. Anak yang akan berjaya adalah anak yang tidak manja, berani menghadapi kenyataan. Anak yang akan berjaya adalah anak yang belajar agama dan mengamalkannya. Orang tua yang mencintai anaknya bersedia ikhlas berpisah demi masa depan anaknya yang cemerlang. Tiada kejayaan tanpa pengorbanan. Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Jiwa seorang anak yang merantau jauh dari kampung halaman akan berbeda dengan anak yang selalu dimanja dan disediakan segala keperluannya. Anak mesti belajar berdikari dan mengurus diri sendiri. Anak mesti belajar memimpin dan bermasyarakat dan bergaul dengan segala macam watak manusia, sehingga kelak ia menjadi manusia yang tangguh, siap berdakwah fi sabilillah. Semoga orang tua yang mengantarkan anaknya belajar ke pesantren adalah orang tua yang menyayangi anaknya. Betapa tidak, karena rasanya tidak mungkin orang tua tega berjauhan dengan anak jika mereka tidak mengharapkan anaknya menjadi orang baik.
Orang tua dan anak sama-sama berkorban dalam beberapa tahun untuk mencapai masa depan yang cemerlang. Semoga anak tersebut menjadi anak yang mengenali dirinya, mengenali Rabbnya, mengenali Nabinya dan mengenali agamanya, menjadi anak yang shalih yang berbakti kepada kedua orang tua. Amin ya Robbal a’lamin. (doc. elmoedarries)
Waallahu a’alam bi shawaab …
Ditulis oleh : Ustadz Adi Haironi M.Pd.I (Pengampu mata pelajaran Fiqh PPM MBS Sleman – Yogyakarta)
Comments are closed.