Scrabble adalah permainan papan dan permainan menyusun kata yang dimainkan 2 atau 4 orang yang mengumpulkan poin berdasarkan nilai kata yang dibentuk dari keping huruf di atas papan permainan berkotak-kotak (15 kolom dan 15 baris).
Dalam permainan scrabble, dibutuhkan ketrampilan menyusun huruf menjadi kata. Konsep limit juga dapat diterapkan seperti halnya permainan scrabble. Untuk mengerjakan sebuah soal limit dibutuhkan langkah yang sistematis, urut, dan sesuai dengan konsep limit. Logika sederhananya anak harus tahu mana soal dan mana jawabannya.
Jika seorang anak mengerjakan dengan langkah yang tidak urut, maka bisa dipastikan anak tersebut tidak paham konsep limit. Untuk itu kenapa permainan scrabble sangat relevan diterapkan dalam metode pembelajaran matematika, khususnya materi limit.
Di kelas 11 IPS 3 dan 11 IPS 4 Ustadzah Nurul Hidayah, S. Pd.Si mentransformasikan game ‘new’ scrabble sebagai media ajar matematika. Menggunakan wasilah game ‘new’ scrabble, eksperimen ustadzah asal Kudus yang pernah ngangsu kawruh di kawah SEAMEO ini mendapatkan sambutan positif dari anak-anak. Hal itu ditunjukkan dengan suasana kelas yang hidup, anak-anak terlihat menikmati materi limit yang sudah dikemas ustadzah Nurul dalam bentuk permainan. “Seru banget pokoknya, hari ini rasanya tidak seperti sedang belajar matematika, tidak ada kesan rumit dan sulit seperti yang sering digambarkan, yang ada hanya rasa penasaran ingin segera menemukan susunan kepingan soal dan jawaban yang masih terserak di lantai”, tutur Mauizzatil santriwati kelas 11 IPS 3 asal kota Palu.
Eilah Hanifatu Rosyida membenarkan penuturan Mauizzatil, menurutnya materi limit termasuk kategori yang agak sulit baginya, apalagi bagi anak-anak jurusan IPS yang notabene punya kelebihan menghafal dibanding kemampuan menganalisa. Akan tetapi, lanjut santriwati kelas 11 IPS 4, kali ini agak berbeda, paling tidak dengan dikemas dalam bentuk game, sedikit banyak membantu kita untuk mengubah mindset serta mensugesti otak kita untuk masuk ke zona alfa. Masih menurut Eilah, apersepsi yang diberikan ustadzah Nurul di awal pembelajaran dengan muqadimah ‘hari ini kita akan bermain scrabble’ mampu membuka gelombang otak ke dalam kondisi yang rileks sehingga yang ada dalam benak pikiran kita adalah sesuatu yang menyenangkan.
Berdasarkan testimoni dari kedua santriwati diatas membuktikan media ajar yang diaplikasikan Ustadzah Nurul yang dikemas dalam bentuk game scrabble, mampu menstimulasi anak untuk menangkap materi pelajaran yang disampaikan. Karena sejatinya tidak ada anak yang tidak tidak paham materi, karena seorang guru adalah ‘transformer’ yang tugasnya menyampaikan butiran-butiran informasi kepada peserta didik. Guru adalah seniman tingkat tinggi.