Dua hari itu menjadi hari yang bersejarah di dunia keIPMan nasional. Pasalnya, Seminar IPM Nasional 2018 baru saja digelar oleh PR IPM PPM MBS Putri Sleman Yogyakarta. Hal ini menandai adanya gebrakan baru dalam pimpinan ranting yang mampu menggelar seminar IPM bertaraf nasional.

Dilatar belakangi oleh perbedaan persepsi dalam organisasi Pondok Pesantren Muhammadiyah di Indonesia. PR IPM PPM MBS Putri Sleman Yogyakarta mempersembahkan Seminar IPM Nasional 2018 tingkat Pondok Pesantren dan Sekolah Menengah Muhammadiyah Se-Indonesia yang bertajuk “Leadership of Training”.  Acara ini juga termasuk  dalam rangkaian pra acara Satu Dasawarsa PPM MBS Sleman Yogyakarta.

Berlangsung sejak hari Kamis (11/01) siang, seminar bertema “Dari Santri, untuk Muhammadiyah Menjadikan IPM Sebagai Organisasi Pelopor Berkemajuan” ini dibuka oleh Sekretaris Umum ITMAM, Ustadz Nashirul Ahsan, Lc. Turut hadir pula pada pembukaan, Ketua PD IPM Sleman, Bambang Tri Atmadja, yang juga merupakan salah satu alumni MBS Sleman Yogyakarta. Dalam sambutannya, beliau turut mengapresiasi kegiatan tersebut.

Sesi ta’aruf menjadi agenda selanjutnya. PW IPM DIY menjadi tamu spesial yang ikut memberikan sambutan pada sesi ta’aruf. Para peserta, baik putra maupun putri yang datang dari berbagai pelosok negeri, seperti Lampung, Lamongan, Kudus, Wonosari, dan lain sebagainya saling memperkenalkan diri lewat berbagai macam permainan sederhana yang dipandu oleh panitia. Walau hujan sempat deras mengguyur, namun semangat ipmawan-ipmawati tak luntur. Gelak tawa terus memenuhi forum ta’aruf tersebut.

Malam menyambut, seminar beranjak pada materi sesi pertama. Materi ini merupakan kolaborasi materi tentang Kemuhammadiyahan dan Motivasi yang masing-masing disampaikan oleh Bapak Taufikurrohman dan Teh Lady Farhana. Pada materinya, Bapak Taufik menyampaikan pentingnya menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam berkemajuan. Sesi materi yang semula formal, berubah menjadi gelak tawa penuh kehangatan ketika Teh Lady dengan ciri khasnya menyemangati peserta yang tentunya kader-kader Muhammadiyah, agar bisa menjadi pemimpin yang memberi pengaruh baik pada masyarakat luas. Acara malam itu ditutup dengan menampilkan ice breaking berupa video-video kegiatan di PPM MBS Putri Sleman Yogyakarta.

Jum’at (12/01), dinginnya pagi tak membekukan semangat peserta untuk terus mengikuti rentetan kegiatan. Dimulai dengan sholat tahajjud dan subuh berjama’ah, kemudian dilanjutkan dengan kultum yang diisi oleh perwakilan Pondok Pesantren Al-Mizan Lamongan. Selanjutnya, peserta diajak untuk mengikuti kegiatan senam pagi di halaman sekolah.

Sebelum materi sesi kedua dimulai, peserta disuguhi dengan penampilan menarik grup nasyid nasional milik PPM MBS Sleman Yogyakarta, SINCOSTAN. Penampilan ini juga diapresiasi penuh oleh para peserta.

Beranjak menuju materi sesi kedua, dengan tema materi “Kepemimpinan Seorang Wanita”, Ibu Sri Lestari Linawati mengajak peserta untuk berdiskusi bagaimana menjadi pemimpin wanita yang tangguh. Materi pada sesi kedua tersebut juga diisi oleh Mantan Ketua Umum PP IPM, Bapak Muhammad Jamaludin Ahmad. Pada materinya, beliau memotivasi ipmawan-ipmawati yang hadir untuk menjadi kader Muhammadiyah yang memiliki jiwa pemimpin yang bertanggung jawab.

Pukul 13.00 WIB, kegiatan diisi dengan Panel Story, dimana panelis dari Madrasah Mua’llimaat Yogyakarta, PP Imam Syuhada, dan tuan rumah seminar, PPM MBS Putri Sleman Yogyakarta, menyampaikan program kerja IPM unggulan dari masing-masing sekolah. Panelis dari PR IPM PPM MBS Putri Sleman Yogyakarta dibawakan langsung oleh Ketua Umum PR IPM PPM MBS Putri periode 2017-2018, yakni Ipmawati Resta Dhuhratun Nisak.

Agenda selanjutnya, materi sesi ketiga yang sekaligus menjadi penutup rangkaian acara Seminar IPM Nasional 2018 “Leadership of Training”. Pengisi materi kali bukanlah sembarang orang. Duet antara Direktur PPM MBS Sleman Yogyakarta, Ustadz Fajar Shadik dan  Ketua Umum PP IPM periode 2016-2018, Ipmawan Velandani Prakoso, berhasil menyita perhatian para peserta. Pada materinya, Ustadz Fajar menekankan bahwa IPM pondok pesantren harus berbeda dengan IPM non pondok pesantren.

Hal ini juga disambut oleh Ipmawan Andan yang menyampaikan bahwa IPM di pondok pesantren juga harus bisa maju walau memiliki struktur IPM yang berbeda. Ipmawan Andan juga berkomentar, “Acara ini patut diapresiasi karena merupakan sebuah sejarah baru di dunia keIPMan, dimana sebuah pimpinan ranting mampu menggelar acara sekelas nasional”. Ipmawan Andan juga berharap acara ini dapat menjadi acara rutin tahunan IPM. Sebelum acara resmi ditutup, para peserta menyempatkan diri untuk mengambil gambar bersama Ipmawan Andan.

Semoga dengan terlaksananya acara ini, ketabuan dalam berIPM di pondok pesantren dapat dihilangkan dan IPM pondok pesantren juga mampu maju layaknya IPM non pondok pesantren. IPM JAYA!

 

 

 

3 replies

Comments are closed.