4 Santri PPM MBS Yogyakarta, ikut ambil bagian dalam Musabaqah Qira’atil Kutub tingkat Nasional. Dari ke empat santri yang tampil, tiga diantaranya jadi satu tim yang mewakili cabang lomba debat bahasa arab. Satu santri lainnya tampil di cabang baca kitab. Tim debat bahasa arab MBS yang turun membawa nama DIY diwakili oleh Novia Isma Fikria, Ashfi Fitria Hidayati dan Rosti Hanifa Salsabila, sementara satu santri atas nama Mahfudz Ridwan tampil di cabang baca kitab “Tarikh Nurul Yaqin Fi Shirah Sayyid Al Mursalin” karya Syaikh Muhammad Al Khudhari Bik Marhalah Wustho. Pembukaan Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Tingkat Nasional ke-VI tahun 2017 yang digelar di Lapangan Balekambang Komplek Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin, Jepara ini dihadiri Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin didampingi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Dirjen Pendidikan Islam Kamarudin Amin, Ketua Dewan Hakim MQK Said Aqil Husein al Munawar, Wakil Ketua Komisi 8 DPR RI Noor Ahmad, Bupati Jepara Ahmad Marzuki, Kepala Biro Humas Data dan Informasi Kemenag RI Mastuki dan seluruh Kakanwil Kemenag se-Indonesia. Pembukaan MQKN ditandai pemukulan bedug oleh Menag Lukman, Gubernur Ganjar, Bupati Ahmad Marzuki, dan Wakil Ketua Komisi 8 DPR RI Noor Ahmad. Perhelatan akbar MQKN tahun ini melibatkan kurang lebih 2.680 santri dari seluruh pondok pesantren di Indonesia. Saat berita ini diturunkan tim debat bahasa arab MBS sedang bertanding melawan tim dari provinsi Banten. Keikutsertaan santri MBS diajang bergengsi ini membuktikan bahwasannya anak-anak tidak hanya diajari muatan pendidikan umum saja, akan tetapi santri MBS juga mampu menyerap pelajaran syar’i yang di dalamnya terkandung ilmu bahasa dan agama, wabilkhusus bahasa arab dan inggris. Menurut Ustadz Faqihuddin, Lc selaku pembimbing sekaligus pendamping lomba mengatakan, dari 4 santri yang tampil di musabaqah ini tiga diantaranya mewakili lomba debat bahasa arab dan satu santri di cabang baca kitab. Melihat peserta yang ada, kans MBS untuk bisa berbicara lebih banyak di ajang ini sebetulnya sangat terbuka, apalagi ditunjang dengan input santri yang bagus diimbangi dengan integrasi kurikulum umum dan pondok, apabila dua hal itu bisa digarap dengan serius saya yakin kedepannya MBS akan mampu mencetak santri yang mampu membaca, menerjemahkan, serta memahami kitab kuning yang notabene menjadi tradisi intelektual islam di Indonesia, khususnya di dunia pesantren, terangnya.
Comments are closed.